Menegakkan Khilafah Memang Sulit, Tapi Tidak Utopis
Oleh: Rizqi Bin Masyhuri
Menegakkan institusi yang menerapkan syariah islam melalui khilafah islam diakui bukan pekerjaan mudah, semudah membalikkan telapak tangan. Dibutuhkan segala daya upaya yang harus dikerahkan seluruh umat islam. Oleh karenanya Allah SWT melalui baginda Rasulullah saw memberikan perintah agar tugas besar ini dipikul oleh jama’ah (Lihat Al-Qur’an Surah Al-Imran[3]:104). Mustahil beban ini bisa dipikul individu seorang diri, betapapun tangguh kekuatan individu tersebut, sefaqih ilmunya atau apapun yang ia miliki untuk mewujudkannya.
Cepat dan pasti (bukan lambat tapi pasti) gelegar gempita umat islam merindukan hadirnya khilafah untuk kedua kalinya semakin menjadi-jadi (baca: rindu berat). Seluruh pelosok bumi nusantara selama satu bulan penuh di Bulan Rajab 1432 H di hentakkan dengan event bersejarah Konferensi Rajab 1432 H yang diselenggarakan oleh Hizbut Tahrir Indonesia dengan mengambil tajuk “ Saatnya Hidup Sejahtera Dibawah Naungan Khilafah”. Ratusan hingga pulahan ribu umat islam dari berbagai kalangan mulai ulama, kiyai, Bu Nyai, mubaligh, mubalighoh, para santri/wati, Intelektual, Guru, Dosen, Tokoh masyarakat,Pengusaha, Mahasiswa, pelajar menyatu-padu disetiap kota yang menyelenggarakan event tersebut penuh semangat mendukung serta siap berjuang bersama Hizbut Tahrir mengemban amanah menegakkan syariah dalam bingkai khilafah islamiyyah. Tidak berhenti di negeri ini saja, dinegeri lain semisal Palestina, Inggris, Australia, Belanda dan lain-lain, tidak mau ketinggalan menggelar event yang senafas dengan semangat mengembalikan khilafah islamiyah. ‘Ala kulli hal perjuangan khilafah tidak bisa dibendung lagi. Kata lain, dengan ijin Allah swt tidak ada satupun kekuatan dimuka bumi ini yang mampu menghalangi berdirinya khilafah melalui tangan-tangan para pembelanya yang istiqomah seraya berharap keridlaaNya semata.
Seperti yang sudah disampaikan diawal, perjuangan menegakkan khilafah bukan perkara mudah. Banyak rintangan dan cobaan bagi para pengembannya. Menjadi sunatullah, setiap cobaan dan rintangan selalu menyertai disetiap gapaian cita-cita. Hanya saja, tingkat cobaan berbeda-beda tergantung dari seberapa besar tujuan yang hendak dicapai. Semakin besar capaian tujuan, maka semakin besar pula tingkat cobaanya . Kesadaran ini wajib tertanam sejak dini sebelum memulai melangkah.
Nah, bagi para pejuang khilafah tentunya equivalen cobaannya dengan tujuannya, yakni tegaknya khilafah. Khilafah adalah perkara besar dan penting dalam peradaban dunia. Sudah barang tentu cobaan yang bakal didapatkan juga akan sangat besar. Banyak sekali siksaan, intimidasi, pemboikotan sampai –sampai menghilangkan nyawa akan dilakukan oleh para penguasa-penguasa tiran kapitalisme ditujukan kepada para pejuang khilafah diberbagai belahan bumi. Tetapi itu semua, Alhamdulillah tidak menyurutkan sedikitpun langkah mereka. Rasulullah saw dan para sahabatnya juga tidak lepas dari itu semua. Kesabaran serta keteguhanya mampu memberikan tauladan bagi kita semua .
Dengan adanya kesulitan tersebut justru mendatangkan hikmah yang bisa dipetik. Salah satunya, untuk menujukkan kepada dunia bahwa perjuangan menegakkan khilafah itu adalah perkara yang haq. Kembalinya khilafah teruntuk kedua kalinya adalah haq. Karenanya, bukankah kalau memang khilafah itu utopis kenapa para penentangnya sampai melakukan upaya destruktif demi menghalangi para pejuangnya? Ya, kalau memang tidak mungkin, biarin saja para pejuang khilafah berjuang jangan dihalang-halangi. Toh, juga sampai kapanpun khilafah tidak akan tegak? Begitukan logikanya kalau menganggap khilafah adalah suatu hal yang utopis? Tapi faktanyakan tidak demikian??
Selain itu cobaan dakwah bagi seorang pejuang dijadikannya sebagai indikator kelulusan ujian keimanannya dihadapan Allah swt . Sebagaimana firman Allah swt;
أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتَى نَصْرُ اللَّهِ أَلا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ
"Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat." (TQS. Al-Baqarah [2]:214)
Khilafah adalah fardun wa wa’dun (kewajiban sekaligus janji dari Allah swt). Kalau kita bicara tentang Khilafah Islam, artinya kita sedang bicara tentang suatu hal urgen dan menegakkan khilafah Islam adalah suatu yang masuk kategori “amrun muttafaq inda ahli haq”, itulah yang ditegaskan oleh Imam Ala’uddin al-Kasani al-Hanafi:
وَلِأَنَّ نَصْبَ الْإِمَامِ الْأَعْظَمِ فَرْضٌ ، بِلَا خِلَافٍ بَيْنَ أَهْلِ الْحَقِّ ) بدائع الصنائع في ترتيب الشرائع - (ج 14 / ص 406(
“Bahwa mengangkat imamul a’dzam (khalifah) adalah fardhu, tanpa ada perbedaan perbedaan diantara ahlil haq”!
Sehingga kalau sampai ada fitnah dari berbagai kalangan khususnya dari kalangan Ulama, kiyai yang menyatakan bahwa khilafah itu tidak diwajibkan atau Rasulullah tidak memberikan bentuk khusus dalam mengatur pemerintahan, maka perkataan itu tidak memiliki arti sama sekali dihadapan syara’. Bisa jadi itu menunjukkan ketidaktahuannya tentang perkara (khilafah)tersebut .
Pernah juga kita dapatkan sebuah ungkapan yang menyatakan bahwa khilafah memang ada dalam islam dan diwajibkan menurut jumhur ulama, tetapi melihat kondisi sekarang yang semacam ini sangatlah tidak mungkin (utopis). Nah, untuk pernyataan semacam ini juga sangat kita sesalkan apabila keluar dari lisan seorang ulama. Tidaklah mungkin Allah swt memerintahkan suatu hal (apapun itu termasuk khilafah), tetapi tidak mungkin untuk diwujudkan. Aneh! Sebagaimana Allah swt berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الأمْرِ مِنْكُمْ
"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu" (TQS. An-Nisa’[4];59)
Dalam penggalan ayat ini, Allah swt memerintahkan orang-orang beriman setelah taat kepada Allah dan RasulNya, diperintahkan taat kepada ulil amri (imamul a’dzam (khalifah)). Artinya, tidak mungkin kita diperintahkan oleh Allah swt untuk taat kepada ulil amri , namun ulil amri itu tidak ada. Oleh sebab itu, melalui ayat ini secara jelas Allah mewajibkan umat islam memiliki ulil amri agar ketaatan kepadanya (sebagaimana perintah ayat ini) bisa terwujud.
Begitupula nada miring meragukan khilafah berdiri, karena sulit hingga tidak mungkin didirikan oleh siapapun menyalahi nash yang jelas dalam Al-Qur’an:
لا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلا وُسْعَهَا
"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.(TQS. Al-Baqarah" [2];286)
Sungguh, dalam ayat ini Allah kembali menegaskan bahwa apapun kesulitan dalam menjalankan kewajiban sudah diukur berdasarkan kemampuan manusia mampu melaksanakannya, karena Allah tidak membebani manusia sesuai dengan kesanggupannya. Kecuali beberapa hal perkara yang Allah mensyaratkan suatu kewajiban kepada orang tertentu saja semisal zakat bagi yang mampu, haji bagi yang mampu dan sebagainya. Hal itu dapat menunjukkan bahwa kewajiban itu sudah dapat dilaksanakan bagi yang mampu dan bukan suatu hal yang utopis sebagaimana tuduhan terhadap keberadaan khilafah.
Ketika kewajiban menegakkan khilafah islam dalam rangka menerapkan syariah islam, yang dengannya kedaulatan Allah terwujud telah ditetapkan oleh Allah dan RasulNya melalui nash yang jelas maka khilafah pasti akan dapat diwujudkan, tentunya dengan catatan bahwa orang-orang tersebut harus bersunguh-sungguh memperjuangkannya sesuai dengan thariqoh yang telah digariskan melalui RasulNya.
Dengan demikian tuduhan bahwa khilafah adalah utopis sekali lagi tidaklah tepat secara normatif maupun empiris. Adapun kesulitan mendirikan khilafah kita pandang sebagai konsekuensi kenikmatan yang nantinya kelak pantas diganti dengan kenikmatan surga. Bukankah surga dan segala kenikmatannya dijanjikan pula oleh Allah bagi para penolong agamaNya??
Komentar
Posting Komentar